Abu Qilabah, Sahabat Nabi yang Selalu Sabar dan Bersyukur Meski Mengalami Cobaan Berat
Banyak sekali kisah sahabat nabi yang mengharukan, salah satunya yaitu kisah Abu Qilabah. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab ats-Tsiqat, kisah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Muhammad ini menceritakan dimana pada suatu hari Abdullah bin Muhammad pernah berada pada wilayah perbatasan tepatnya di Arish, negeri Mesir.
Ia melihat ada sebuah perkemahan kecil yang dimana menunjukkan bahwa pemiliknya merupakan orang yang sangat miskin. Lalu ia datang menghampiri kemah yang berada di padang pasir itu untuk melihat apa yang ada didalamnya.
Ketika sesampainya di kemah kumuh itu, ia melihat bahwa ada seorang laki-laki yang tidak biasa. Dimana kondisi nya menunjukkan bahwa tangan dan kakinya tidak normal, telinganya sulit untuk mendengar, matanya buta, serta lisannya tidak mampu untuk berbicara. Tetapi dari lisannya orang itu berdoa kepada Allah untuk diberikan ilham agar tetap mensyukuri nikmat-nya.
“Ya allah berilah aku ilham untuk tetap bisa mensyukuri nikmat-Mu yang telah engkau anugerahkan kepadaku. Dan engkau sangat muliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain.” ucap lelaki itu.
Kemudian Abdullah bin Muhammad menghampiri orang tersebut lalu bertanya kepadanya. “Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?”, tanya Abdullah. Kemudian laki-laki itu menjawab,
“Wahai saudara, diamlah. Demi Allah, seandainya Allah datangkan lautan, niscaya laut tersebut akan menenggelamkanku atau gunung api yang pasti aku akan terbakar atau dijatuhkan langit kepadaku yang pasti akan meremukkan. Aku tidak akan mengatakan apapun kecuali rasa syukur.” Kemudian lelaki itu ditanya Kembali “Bersyukur atas apa?”.
Ia pun menjawab “Tidakkah engkau melihat Dia telah menganugerahkan aku lisan yang senantiasa berdzikir dan bersyukur. Di samping itu, aku juga memiliki anak yang waktu sholat ia selalu menuntunku untuk ke masjid dan ia pula yang menyuapiku. Namun sejak tiga hari ini dia tidak pulang kemari. Bisakah engkau tolong carikan dia?”
Mendengar apa yang dikatakan oleh lelaki pemilik kemah itu, akhirnya Abdullah bin Muhammad pergi untuk membantu mencari anak laki-laki itu. Setelah beberapa saat mencari, ia mendapati ada seorang jenazah yang tubuhnya dikelilingi oleh singa. Ternyata anak dari laki-laki tersebut telah meninggal dunia akibat dimakan oleh singa.
Abdullah pun bingung harus bagaimana memberitahu kepada sang laki-laki. Ia pun balik untuk menemui laki-laki itu lalu berkata “Wahai saudaraku, sudahkah engkau mendengar kisah tentang Nabi Ayub?”. Laki-laki itu menjawab,
“Iya, aku tahu kisahnya.” Kemudian ditanya Kembali, “Sesungguhnya Allah telah memberinya cobaan dalam urusan hartanya. Bagaimana keadaannya dalam menghadapi musibah itu?”. Laki-laki itu menjawab, “Ia menghadapinya dengan sabar.” Abdullah Kembali bertanya, “Wahai saudaraku, Allah telah menguji Ayub dengan kefakiran. Bagaimana keadaanya?” sang laki-laki menjawab, “Ia bersabar.” Tak sampai disitu, Abdullah tetap melontarkan pertanyaan kepada laki-laki tersebut dimana ia bertanya, “Ia pun diuji dengan tewasnya semua anak-anaknya, bagaimana keadaannya?”
Lalu masih sama jawaban dari sang laki-laki yaitu, “Ia tetap bersabar.” Untuk terakhir kalinya, Abdullah bin Muhammad bertanya kepada laki-laki itu, “Ia juga diuji dengan penyakit di badannya, bagaimana keadaannya?”. Sama seperti sebelumnya, laki laki itu tetap menjawab dan balik bertanya, “Ia tetap bersabar. Sekarang katakan padaku di mana anakku?”. Lalu dijawablah oleh Abdullah bahwa anaknya telah diterkam dan dimakan oleh binatang buas. “Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan oleh binatang buas, semoga Allah melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau”.
Mendengar kabar putranya yang sudah wafat karena diterkam oleh singa, laki-laki pemilik kemah ini justru mengucap Alhamdulillah. Ia berkata “Alhamdulillah, yang Dia tidak meninggalkan keturunan bagiku yang bermaksiat kepada Allah sehingga ia diazab di neraka.”
Setelah ia mengatakan hal ini, laki-laki tersebut menarik napas Panjang lalu meninggal dunia. Abdullah bin Muhammad pun membantu untuk membaringkan jenazahnya. Karena hanya seorang diri, akhirnya jenazah tersebut ditutupi oleh jubah untuk waktu beberapa saat. Tak lama datanglah empat orang laki-laki yang mengendarai kuda. Empat laki-laki tersebut langsung bertanya apa yang terjadi kepadanya. Abdullah langsung menceritakan apa yang dialaminya dan meminta bantuan untuk membantu mengurus jenazahnya laki-laki itu.
Keempat orang ini pun bertanya-tanya siapakah jenazah yang meninggal ini. Abdullah pun menjawab bahwa ia tidak tahu identitasnya karena ia hanya melihat laki-laki tersebut dalam keadaan sakit dan lemah. Kemudian empat laki-laki ini meminta agar penutup wajah jenazah tersebut dibuka. Setelah dibuka, keempat laki-laki ini pun kaget hingga serentang mencium dan menangisinya. Lalu mereka berkata “Subhanallah, wajah yang senantiasa bersujud kepada Allah. Mata yang selalu menunduk atas apa yang diharamkan Allah. Tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan tidur.”
Abdullah pun bertanya apakah mereka mengenal jenazah ini. Keempat laki-laki ini pun menjawab bahwa jenazah yang telah meninggal itu merupakan Abu Qilabah, salah satu sahabat Nabi. Abu Qilabah pernah diminta untuk menjadi seorang hakim, namun tawaran tersebut ia tolak. Padahal jabatan hakim merupakan jabatan yang sangat mulia pada saat itu, tetapi Abu Qilabah malah menolaknya dan pergi ke wilayah mesir hingga wafat dalam keadaan seperti itu.
Setelah itu Abdullah bin Muhammad beserta keempat laki-laki mengurusi jenazahnya tersebut dengan memandikan, mengkafankan, menyolatkan, hingga menguburkannya. Masya allah, begitu sabarnya Abu Qilabah. Tak hanya sebatas sabar, ia pun selalu bersyukur kepada Allah atas semua cobaan yang ia dapatkan. Dari kisah ini bisa diambil hikmah bahwa sebanyak apapun masalah atau cobaan yang terjadi kepada kita, hendaklah kita tetap bersabar dan tidak lupa bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas sepercik berkah dan karunia yang didapatkan.’